Ganja :Pengertian ,kandungan dan Efeknya bagi tubuh.
Pengertian Ganja dan Dampaknya
Ganja, yang dikenal dengan nama ilmiah Cannabis sativa, adalah tanaman yang memiliki kandungan senyawa psikoaktif utama bernama tetrahydrocannabinol (THC). Senyawa ini berpengaruh langsung pada sistem saraf pusat, memberikan efek tertentu pada pengguna. Dalam konteks medis, ganja kadang digunakan untuk pengobatan tertentu, namun penggunaannya tetap kontroversial di banyak negara, termasuk Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, ganja termasuk dalam kategori narkotika golongan I, yang berarti penggunaannya sangat dibatasi dan hanya diperbolehkan untuk penelitian ilmiah (Kementerian Kesehatan RI, 2020).
Daun Ganja: Struktur dan Kandungan Utamanya
Daun ganja memiliki struktur yang khas, dengan bentuk menjari dan tepi bergerigi. Kandungan utama daun ganja meliputi THC dan cannabidiol (CBD). THC bertanggung jawab atas efek psikoaktif yang sering dikaitkan dengan penggunaan ganja secara rekreasi, sedangkan CBD lebih banyak digunakan untuk keperluan medis karena sifatnya yang non-psikoaktif (Russo, 2021). Selain itu, daun ganja mengandung berbagai terpenoid dan flavonoid yang berkontribusi pada aroma dan potensi terapeutiknya.
gambar daun ganja |
Berapa Lama Efek Ganja Bertahan?
Efek ganja dapat bervariasi tergantung pada cara penggunaannya, dosis, dan toleransi individu. Jika dikonsumsi melalui rokok atau vapor, efeknya biasanya dirasakan dalam beberapa menit dan dapat bertahan hingga 2-3 jam. Sebaliknya, jika dikonsumsi dalam bentuk edibles (makanan atau minuman), efeknya muncul lebih lambat, sekitar 30 menit hingga 2 jam setelah konsumsi, namun dapat bertahan lebih lama, yaitu sekitar 6-8 jam (Fischer et al., 2022). Selain itu, metabolit THC dapat bertahan dalam tubuh selama beberapa hari hingga beberapa minggu, tergantung pada frekuensi penggunaan.
Apakah Ganja Termasuk Narkoba?
Ganja dikategorikan sebagai narkoba di banyak negara, termasuk Indonesia. Hal ini merujuk pada dampaknya yang dapat menyebabkan ketergantungan, gangguan psikis, dan perubahan perilaku. Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN), ganja termasuk narkotika golongan I karena memiliki potensi penyalahgunaan yang tinggi dan belum diakui penggunaannya untuk pengobatan di Indonesia (BNN, 2023). Meski begitu, di beberapa negara lain seperti Kanada dan Amerika Serikat, ganja telah dilegalkan untuk penggunaan medis dan rekreasi dengan regulasi ketat.
Kenapa Ganja Dilarang?
Larangan terhadap ganja didasarkan pada potensi dampak negatifnya terhadap kesehatan fisik dan mental, serta risiko penyalahgunaan. Efek negatif penggunaan ganja meliputi gangguan kognitif, penurunan kemampuan belajar, dan risiko gangguan jiwa seperti kecemasan atau skizofrenia pada individu yang rentan (Volkow et al., 2021). Selain itu, penggunaan ganja yang tidak terkontrol dapat meningkatkan risiko kecelakaan, khususnya jika digunakan sebelum mengemudi atau mengoperasikan mesin berat. Larangan ini juga mencerminkan komitmen pemerintah untuk melindungi masyarakat dari dampak buruk narkotika.
Cara Menghilangkan Efek Ganja
Bagi seseorang yang mengalami efek ganja dan ingin menguranginya, beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:
Istirahat dan Relaksasi: Menciptakan lingkungan yang tenang dapat membantu mengurangi kecemasan yang sering muncul sebagai efek samping ganja.
Konsumsi Air Putih: Minum banyak air membantu tubuh memproses metabolit THC lebih cepat.
Makanan Berkarbohidrat Tinggi: Konsumsi makanan seperti roti atau nasi dapat membantu mengurangi rasa mual yang mungkin muncul.
Olahraga Ringan: Aktivitas fisik ringan seperti berjalan santai dapat meningkatkan metabolisme tubuh.
Konsultasi Medis: Jika efeknya sangat berat, segera cari bantuan medis untuk penanganan yang tepat (Fischer et al., 2022).
Penggunaan Ganja Secara Global
Di beberapa negara, ganja dilegalkan untuk tujuan tertentu. Misalnya, di Kanada, ganja dilegalkan untuk penggunaan medis dan rekreasi dengan regulasi ketat. Penelitian medis terus dilakukan untuk mengeksplorasi manfaat dan risiko penggunaan ganja, khususnya dalam pengobatan penyakit kronis seperti nyeri neuropatik, epilepsi, dan multiple sclerosis (Russo, 2021). Namun, legalisasi ini tetap kontroversial karena adanya kekhawatiran terhadap penyalahgunaan dan dampak sosialnya.
Dampak Penggunaan Ganja
Dampak positif ganja mencakup manfaat terapeutik seperti pengurangan nyeri kronis, pengelolaan kecemasan, dan pengobatan kejang pada pasien dengan epilepsi tertentu. Namun, dampak negatifnya meliputi:
Gangguan Kesehatan Mental: Penggunaan jangka panjang dapat meningkatkan risiko gangguan kecemasan, depresi, dan psikosis.
Ketergantungan: Meskipun tidak sekuat opioid, ganja tetap memiliki risiko ketergantungan.
Gangguan Kognitif: Penurunan kemampuan memori jangka pendek dan konsentrasi.
Risiko Kesehatan Fisik: Termasuk gangguan paru-paru akibat merokok ganja (Volkow et al., 2021).
Dengan meningkatnya penelitian tentang ganja, penting untuk memahami manfaat dan risiko penggunaannya, terutama dalam konteks regulasi yang ketat dan berbasis bukti ilmiah.
Fischer, B., Russell, C., Sabioni, P., van den Brink, W., Le Foll, B., Hall, W., Rehm, J., & Room, R. (2022). Cannabis use and public health: A global perspective. Journal of Global Health, 12(3), 1-15.
Kementerian Kesehatan RI. (2020). Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta: Kemenkes RI.
Russo, E. B. (2021). The therapeutic potential of cannabis and cannabinoids. Clinical Pharmacology & Therapeutics, 109(3), 583-592.
Volkow, N. D., Hampson, A. J., & Baler, R. D. (2021). Don't worry, be happy: Endocannabinoids and cannabis at the intersection of stress and reward. Annual Review of Pharmacology and Toxicology, 61, 669-690.
Badan Narkotika Nasional (BNN). (2023). Data dan informasi tentang narkoba di Indonesia. Jakarta: BNN.
Posting Komentar untuk "Ganja :Pengertian ,kandungan dan Efeknya bagi tubuh."